Adanya Sakina...

Sebetulnya, saya sudah ikhlas belum sih dengan peran sebagai ibu? Apa benar sudah layak sebagai ibu? Ketika menikah serius ingin cepat punya anak? Sampai saat ini masih berkontemplasi diri untuk mencari jawaban yang melegakan hati. Rasanya hati belum cukup legowo dengan kondisi sekarang.. lagi..lagi..riana... huft..

Prolog di atas gak ngada-ngada saya tulis. Sampai detik ini masih bertanya alasan adanya Sakina dikeluarga kecil saya. Tanpa mengurangi dan mendustai nikmat Allah, ini hanya sekedar renungan untuk saya mencari jawaban dan mengurangi kegelisahan sebagai ibu baru.

Bismillahirrahmanhim...

Sengaja kalimat tahmid saya tulis setelah prolog agar Allah senantiasa melindungi saya dari pikiran jahat yang selalu wara-wiri disekeliling saya ketika menulis. Karena pikiran kita terkadang sama tajamnya dengan lidah kita sendiri, ya gak?

Kalau diingat pertama kali menikah, saya dan suami memang gak kepikiran untuk menunda anak. Yang dipikiran kami, jalanin saja pernikahan ini secara normal. Termasuk anak, sekasihnya Allah saja, gitu. Tapi diperjalanan gak dipungkiri saya pribadi gelisah, ketika usaha sudah tapi kok belum dikasih juga ya. Padahal dari awal nikah sampai akhirnya isi, cuma kosong 4 bulan. Iya, termasuk singkat dibanding pejuang 2 garis merah diluar sana. (Semoga kalian yang baca dan termasuk pejuang 2 garis merah segera dijabah doanya. Aamiin). 

Perjalanan 4 bulan kosong gimana? Ya ada aja dramanya, mau dari keluarga saya atau keluarga suami. Dari dibilang jangan nunda (siapa juga yg nunda) atau "dicek" sm nenek urut (ya gitu deh). Tapi so far, saya sendiri cenderung santai dengan kekosongan 4 bulan itu. Yakin, Allah akan mengijinkan saya hamil diwaktu yang tepat. Alhamdulillah november saya dinyatakan hamil dan kehamilan pun berjalan lancar. Ngidam juga gak, so far so good :)

Sampai lahir lah Sakina Indah Azzahra pada Sabtu pagi pukul 08.30 secara pervaginam. Alhamdulillah saya, suami, dan keluarga besar bahagia saat itu. Ketika Sakina lahir, saya sedang cuti melahirkan disalah satu BUMN dan menjelang berakhir kontrak kerja 3 bulan lagi huhu. Diperjalanan 3 bulan merawat Sakina, saya tidak bisa menghindari baby blues. Ya, gangguan perubahan suasana hati pada seseorang setelah melahirkan, cemas, gelisah, sedih, marah, semuanya kearah negatiflah intinya. 

      Anak gadis ayah, ibuk 😍

Baby blues bikin capek! Capek hati, pikiran, dan fisik. Apalagi ditambah bayangan akan selesai kontrak kerja. Saya akan full dirumah mengurus anak dan suami. Walaupun saya tinggal dekat dengan orang tua saya tetap saja saya bukan tipikal orang yang bergantung dan ini menjadi ujian baru untuk saya. 

Masyaallah, Sakina tumbuh sehat dan berkembang menjadi anak yang chubby, lucu, dan cantik. Gak jarang orang-orang muji Sakina dengan kelucuannya,, kok bisa orang tua kurus tipis tapi anaknya chubby dan cantik seperti ini hehe. Alhamdulillah ini jelas karunia Allah yang dititipkan kepada kami. Allah yakin kepada kami bisa merawat Sakina dengan baik hingga nanti kelak, insyaallah.

Sakina yang maunya diliatin ibu tiap main 😅

Saat ini, Sakina memasuki usia 1,5 tahun. (Waktu cepet banget ya, nak..) Sakina mulai menunjukkan sikap dan perasaannya kepada kami. Dia mulai banyak menunjuk hal-hal diluar dugaan. Aktif meminta, menangis, dan berteriak. Hal yang terberat yaitu fase separation anxiety. Kalo hari-hari dirumah, jujur saya sulit bergerak karena Sakina mau saya terlihat dipandangannya. Saya ke toilet nangis, di dapur masak nangis, buang sampah nangis, bangun tidur gak liat saya nangis. Jujur saya stres dengan kondisi ini. Bahkan, saya berdiri, dia udah gelisah ngikutin kemana saya jalan.. huft. 

Pasti kondisi ini dialami sama orang tua diluar sana. Ya, saya masih jauh dari sempurna. Masih belajar  mengatur format "biasa/wajar" di kepala saya dengan fase tumbuh kembang anak. Kadang saking jenuhnya dengan perilaku Sakina, saya cuma bisa marah dan menangis. Beberapa kali malah Sakina yang kena imbasnya dari bentuk ketidaksabaran saya. Subhanallah.. (Semoga Allah senantiasa memberikan kesabaran dan keikhlasan untuk ibu ya, nak) 

Sakina minta dipakein jepitan 😘

Dinamika rumah tangga gak cuma datang dari persoalan anak tapi juga dengan pasangan. Suami juga pasti mengalami hal serupa. Ditambah lagi suami sendirian mencari nafkah saat ini. (semangat ya ayah Sakina!) Gak jarang gesekan kecil jadi api besar. Itu semua bentuk belajar dan cara mendewasakan keluarga kami ketahap yang lebih matang lagi.

Jenuh sudah pasti karena hanya melakukan rutinitas rumahan. Rasanya tiap hari pengen keluar dan kerja kantoran seperti dulu. Jenuh yang hadir terkadang melebar jadi bentuk pertanyaan di prolog tadi. Apakah saya ikhlas dengan peran sebagai ibu? Apa benar saya bahagia merawat Sakina? Astagfirullah.. 

Sampai saat tulisan ini dibuat, saya masih berkeinginan untuk kerja kantoran seperti dulu. Otak saya berkata cepetan deh keluar, tapi hati berkata udah di dalam aja. (Semoga Allah tetap membimbing saya menjadi ibu yang sempurna buat Sakina). Saya egois, ya betul. Sebetulnya saat ini, saya tidak benar-benar irt tapi saya juga freelance sebagai tenaga kreatif di ukm kakak sepupu. Kadang untuk buka laptop saja saya harus berdamai dulu dengan Sakina yang belum mengerti kondisi saya. 

Puncaknya saat akhir tahun 2021, saya berpikir kalo adanya Sakina kurang tepat saat ini. Seolah saya dibelenggu, tidak bisa berkarir, liat postingan temen-temen sejawat lebih baik dari saya. (Lagi.. lagi.. saya seperti itu) Akhirnya marah dan menangis lagi. Cuma Allah satu-satunya penolong kekhawatiran saya. Sampai akhirnya saya menyadari bahwa tidak benar pikiran monolog saya. 

Saya berusaha untuk berdamai dengan keadaan saya sekarang. Berbagi pikiran kepada suami tentang isi pikiran dan perasaan saya, bahwa saya ingin mengejar hal lain untuk diri saya sendiri. Saya berkata bahwa saya mau tumbuh dan berkembang dengan cara baru. Mulai dengan belajar digital marketing mengikuti webinar, rajin menulis blog, dan mulai rutin membaca. Istilahnya, saya ingin re-branding diri saya sendiri. Membangun karakter dan mempelajari skill baru yang bisa dijadikan karya. (Semoga Allah meluruskan niat saya, aamiin)

Selain itu, saya juga mulai mengedukasi Sakina untuk mengerti dan toleransi dengan ibunya. Bahwa ibunya harus ke toilet sendiri, perlu buka laptop menulis, perlu ke dapur untuk memasak. Semuanya gak mudah, harus diulang dengan deskripsi jelas secara halus pakebumbu sayang. Saya juga meminta kepada suami untuk mendukung tujuan saya agar tercipta kewarasan dan keseimbangan hidup antara keluarga dan tujuan masing-masing pasangan. Saya yakin akan tiba waktunya kami bertiga saling mengerti satu sama lain.

Semangat Ibuuk..


Source pictures: private doc

Comments

  1. Semangat Ibu Sakinaaa. Nanti main main ya ke nikahan Tante Nisa sama Sakina. Belum pernah ketemu sama sekali nih 😊

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

SUAMIK

Sebagai Ibu..