BELUM CUKUP DEKAT, TAK CUKUP MENGERTI


Ini kisah pertemanan saya bahwa kuantitas atau “waktu” tidak membuktikan apa-apa terkait hubungan antara dua atau lebih orang. Apasih tingkatan dari istilah “pertemanan”?? Setelah saya cari di google, link pertama menuliskan bahwa tingkatan dari pertemenan itu TEMAN – SAHABAT – BFF (best friend forever), *agak aneh sih. Cuma kalo dalam islam, bahasa “pertemanan” lebih dikenal dengan “persaudaraan” atau ukhuwah. Dalam ukhuwah islamiyah, ada lima tingkatan, yaitu ta’aruf (saling mengenal), tafahum (saling memahami), ta’awun (saling menolong), takaful (saling menanggung), dan itsar (mendahulukan orang lain daripada diri sendiri). *pembukaannya agak random -,-
Saya punya tiga grup pertemanan yang kalo ditanya soal umur pertemanan bisa dibilang udah lama banget. Ranger (SMA), Goceng (SD), Harbir (kuliah). Isi grupnya juga saling berkaitan karena orangnya itu-itu aja, tepatnya grup ketemu karena sama-sama sekolah dilokasi yang sama dengan orang yang itu-itu aja. Jadi bisa dibilang SMA isinya orang yang ada di SD, orang yang ada di kuliah isinya yang ada di SMA. Jadi wajar aja saya sudah berteman lama dengan mereka. Sebetulnya hal ini terjadi karena saya termasuk manusia introvert, memilih teman dekat gak mau asal berteman. Buat saya penting kenyamanan dalam membangun hubungan. Saya menganggap pertemanan itu termasuk hubungan jangka panjang yang harus dibangun dan dipelihara, jadi gak bisa asal pilih teman. Makanya “pertemanan” itu sudah naik tingkat menjadi “persahabatan” hanya dengan 13 orang tersebut.
Tapi kenyataannya, persahabatan gak melulu bahas soal “kuantitas” tapi juga bahas soal kualitas. Dan saya berpikir persahabatan saya ternyata gak cukup berkualitas. Soal kuantitas jangan tanya deh, saya sering banget ketemu mereka. Apalagi rumah kami berdekatan satu sama lain terutama Goceng, walupun ada juga yang jauh lokasi rumahnya. Kuantitas ketemuan dengan Goceng bahkan setiap minggu selalu kumpul, sekedar ngobrol update kondisi terkini satu sama lain dirumah salah satunya. Tapi apa sih yang dibahas ketika ngobrol? Gak jauh-jauh dari gosip, kadang ada yang berkualitas topiknya, tapi susah banget dipertahanin topik berkualitas. Dibilang terlalu serius lah, kaku, bahkan gak punya selera humor. Ujung-ujungnya saya terkadang maju ke garis depan nujukkin ketidakgunaan topik yang lagi dibahas grup.
Saya berpikir bahwa ternyata kami tak cukup dekat sehingga tak cukup saling mengerti satu sama lain. Kami hanya mengerti cara bergurau tapi tak mengerti kedewasaan. Seorang ahli berkata bahwa teman adalah tempat terbaik untuk tak merasa dewasa. Jadilah benar pernyataan tersebut bahwa dalam persahabatan kita akan lebih sering bertemu dengan ketidakdewasaan. Padahal di dunia ini  sedikit orang-orang yang mampu mengambil hikmah setiap takdir, jadilah mereka tumbuh tanpa belajar apa-apa untuk hidupnya.
Persahabatan yang sering dicari untuk saling membela padahal sahabat tersebut melakukan kesalahan. Persahabatan yang dicari untuk berbagi hal buruk daripada kebaikan. Persahabatan yang dicari untuk saling mengolok daripada memuji. Persahabatan yang dicari hanya untuk bersuka tapi tak berduka. Persahabatan yang hanya bermodal kuantitas tapi tidak kualitas. Pikiran ini saya coba tuliskan tidak untuk menyindir siapapun tapi untuk introspeksi diri saya bahwa saya belum cukup berkualitas untuk menjadi sahabat mereka.

Lalu apa yang saya lakukan??

Diam dan menarik diri

Itu yang ada dipikiran saya sebagai introvert. Ketika persahabatan diketahui tidak sesuai dan banyak gelombang, saya cenderung diam, terpikir tapi tak bisa diungkapkan, hanya berkata dalam diri “apa yang terjadi??” 

Comments

Popular posts from this blog

Come Back

The Killers

Bersyukurlah, Riana..