Negeri Darurat Ayah


Sudah sewajarnya Ayah menjadi sosok teladan bagi keluarga, terutama bagi anak-anaknya. Untuk anak laki-laki, Ayah sebagai teladan untuk bersikap dan berperilaku lagi bijaksana. Sedangkan bagi anak perempuan seperti saya, Ayah adalah sosok pelindung dan pemberi cerah. Oke untuk tulisan ini, saya akan mengungkapkan pendapat saya tentang laki-laki paruh baya, berbadan bidang nan tegap, tegas dan bijaksana, disebut dengan Ayah.

Sebetulnya apa tugas utama Ayah? 
Sosok laki-laki ini memang benar-benar diuji rasa tanggung jawabnya. Dahulu ketika melakukan ijab qabul, laki-laki ini ikhlas dan ridho berikrar untuk menanggung seluruh akibat yang akan terjadi dimasa yang akan datang, baik di depan orang tua dan mertuanya. Ikrar diucapkan sebagai upaya menunjukkan kedewasaan untuk melangkah ketahap yang lebih terjal dalam hidupnya. 

Tahap panggilan "Mas, Bang, Yang, Beb" untuk laki-laki level ini yang terpenting yaitu setia dan nafkah. Dua hal itu jadi dasar banget karena faktanya banyak yang setia ketika pacaran, tapi setelah menikah malah "main mata" bahkan "main gila"!! Sedangkan bagi yang taaruf, kesetiaan belum tentu terlihat. Memilih jalan taaruf bisa dibilang setia melakukan hal benar di jalan Allah. Namun (lagi-lagi) faktanya wanita era millenium masih memilih dan setuju untuk tidak menganut poligami, poliandri dan poli lainnya (dalam keluarga). 

Selanjutnya, nafkah. Hal ini substansial dan proposional. Sifatnya sungguh dibutuhkan dan cukup bagi keluarga. Dari setia dan nafkah itu nantinya akan tumbuh kasih sayang, rasa memiliki, saling menghormati, ingin melindungi, kedewasaan yang matang, bijakasana dalam berperilaku dan lain halnya. Efek itu dirasakan bukan hanya sebatas hubungan horizontal, namun juga hubungan vertikal, kepada Sang Pencipta.

Hasil gambar untuk ayah sibuk bekerja
Oke sekarang masuk ke tahap panggilan "Ayah". Sosok laki-laki ini bukan lagi main ditaraf setia dan nafkah tapi lebih dari itu. Ayah harus mampu mengaplikasikan sifat-sifat turunan (sebut di atas) kepada pemilik kaki mungil nan lucu, buah hatinya. Ketika laki-laki ini mulai dipanggil dengan sebutan "Ayah", saraf sensorik dan motorik akan mengikuti pikirannya sebagai seorang Ayah untuk melipat gandakan penghasilannya bagi buah hati. Perlahan sang anak yang selalu dipelukan ibunya mulai mengamati sikap dan perilaku laki-laki yang selalu membelikan permen ketika pulang ke rumah.

Ayah masa kini..
Saya melihat, ayah masa kini sangat tekun mencari nafkah untuk keluarganya. Ayah menjadi simbol dari kekayaan, kemakmuran dan gengsi keluarga. Ayah yang berangkat subuh dan pulang menjelang petang untuk bekerja. Ayah yang menjadi gelap hatinya sebagai pengumpul harta. Ayah yang mengatasnamakan istri dan anak-anaknya untuk lembur hingga pagi. Apakah benar laki-laki seperti itu disebut Ayah?

Hasil gambar untuk ayah sibuk bekerjaAyah dengan kasih sayang hambar telah hadir di negeri ini. Ayah yang tidak lagi mencium mesra istrinya ketika sampai dirumah, tidak memeluk rindu anaknya, namun berjalan lelah memasuki kamar untuk istirahat dan kembali bekerja esok hari. Ayah tidak menjadi sosok yang dirindukan kedatangannya oleh sang anak. Bukan pelukan yang dicari ketika sampai di rumah, namun permen dan mainan yang dinantinya. 

Banyaknya pelanggaran-pelanggaran sosial dalam keluarga yang tidak sepantasnya terjadi. Faktanya kasus seperti, Ayah menghamili anaknya atau anak yang membunuh Ayah karena tidak dapat membelikan barang keinginannya dan banyak lagi berita mengerikan lainnya. Hal ini terjadi akibat asuhan Ayah yang tidak dipupuk dengan rindu dan kepercayaan.

Negeri darurat Ayah..
Sebuah cerita yang menggambarkan hubungan indah antara Ayah dan anak diceritakan pada Surah Yusuf [12] : 4-5
(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku. Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka akan membuat makar (membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.

Dialog di atas, menggambarkan kedekatan yang harmonis dimana Yusuf menceritakan sebuah mimpi kepada sang Ayah. Lalu Ayahnya memberi nasihat terkait mimpi tersebut. Bisa dilihat bahwa mimpi yang dialami oleh Yusuf bukan mimpi biasa sehingga sudah sewajarnya Yusuf menceritakan hal pribadi kepada orang yang dipercayainya, yaitu Ayahnya sendiri.

Dapat dibandingkan, ada ketimpangan antara Ayah masa kini dengan Ayah yang di-rindu-kan dalam Surah Yusuf. Jadi, Ayah seperti apa yang dibutuhkan saat ini?? Yupp, Ayah yang di-PERCAYA dan di-RINDU-kan. Saat ini kecenderungan anak muda bercerita hal-hal pribadi kepada orang selain keluarga. Tidak salah jika orang tersebut memang dipercaya, namun alangkah baiknya mencontoh kisah di atas. 

Kisah di atas terjadi sebagai akibat dari asuhan baik seorang Ayah terhadap anaknya. Ayah harus menciptakan rasa aman dan membangun kepercayaan kepada anak. Ayah yang menjelma menjadi "SUPERMAN" bagi anaknya. Rasa aman dan percaya nantinya meluap lebih besar menjadi rindu. Rindu kepada Ayah. Rindu untuk berbagi, menceritakan hal-hal baru yang ditemukan. Bukan rindu untuk meminta, meminta hal-hal yang menjauhkan hubungan indah Ayah dan anak. 

Ya, negeri darurat Ayah, pendapat pribadi saya dimana saya juga mengalami hal tersebut :)
Berusaha mendekat dari yang jauh, itu yang saya lakukan sebagai wujud tindakan nyata dari makna Surat Yusuf di atas.

Anak yang rindu kepadamu, Yah...  



Terima kasih untuk Kokoh Keluarga Indonesia yang menginspirasi tulisan ini. 
Gambar oleh gugel.

Comments

Popular posts from this blog

Lingkar Kuning 2017

UI to PIMNAS Goes to.. (Part 1)

Come Back